Sudah lebih satu bulan berlalu sejak kebijakan pembatasan sosial dijalankan di berbagai daerah. Saat itu kebijakan itu belum secara resmi disebut sebagai pembatasan sosial skala besar (PSSB), seperti diatur di Undang-undang Kekarantinaan Kesehatan, karena pemerintah baru mengumumkannya akhir bulan lalu (31/3).

Hasil dari pembatasan sosial itu tidak bisa diketahui dengan pasti karena jumlah tes masih terlalu sedikit. Namun dengan masih banyaknya lalu lalang manusia, difasilitasi oleh jalan yang masih bebas untuk dilalui dan angkutan umum yang masih beroperasi, masih besar kemungkinan virus Corona itu masih terus berpindah antar manusia, dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kebijakan pembatasan sosial yang selama ini sudah dilakukan, seperti peliburan sekolah, kerja dari rumah, dan aturan jaga jarak di tempat-tempat umum, paling jauh hanya bisa memperlambat penyebaran penyakit Corona, tapi tidak akan bisa menghentikannya.

Ketidakpastian Ekonomi

Masalahnya adalah sampai kapan keadaannya harus terus seperti ini. Tidak semua bisa menyesuaikan dengan situasi ini sebagai kenormalan baru. Penyesuaian masif tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, dan selama transisi belum selesai akan banyak sektor terkontraksi, usaha gulung tikar, dan pengangguran baru tercipta.

Untuk kembali ke normalitas sebelumnya, butuh waktu berbulan-bulan untuk menanti hingga vaksin ditemukan dan didistribusikan. Para pedagang kecil, tukang becak, ojek, dan warung tidak bisa bertahan hidup dalam situasi tak menentu seperti ini selama berbulan-bulan. Mereka yang terdampak ini belum tentu ikut menerima bantuan pemerintah. Mungkin saat ini pun kehidupan mereka hanya ditopang utang dan bantuan orang lain.

Kesulitan ekonomi ditambah ketidakpastian akhir wabah membuat orang tidak bisa mengikuti anjuran untuk menetap di rumah. Walau semua orang sudah mengenakan masker ketika keluar rumah, mengikuti seruan terbaru pemerintah, bukan berarti aman untuk beraktivitas di luar rumah. Masker itu harusnya digunakan hanya untuk keperluan mendesak untuk keluar rumah. Pemenuhan kebutuhan keluarga juga merupakan aktivitas mendesak bagi sebagian orang, sehingga mereka ini hanya bisa dikurangi risiko penularan/tertular dengan mengenakan masker.

Pelaku usaha yang mengandalkan keramaian tetap saja tidak bisa kembali pada bisnis lama ketika keramaian memang belum kembali. Peralihan ke normalitas baru akan butuh waktu tidak sebentar, bahkan belum tentu selesai ketika wabahnya sendiri sudah berakhir.

Pendapatan yang hilang dan ketidakpastian menurunkan permintaan yang akan membawa ekonomi pada resesi dalam. Ekonomi tidak akan mudah kembali ke jalur awal ketika pendapatan dan belanja masyarakat sudah mencapai keseimbangan baru.

Memutus Total Penularan

Menghindari ketidakpastian dan terus berlarutnya wabah yang berisiko membawa ekonomi jatuh pada resesi yang dalam, pemerintah perlu menempuh upaya sebesar-besarnya untuk menghentikan wabah penyakit Corona dengan memutus penularan sepenuhnyal, bukan hanya memperlambatnya.

Caranya adalah dengan membuat semua orang tinggal di rumah dengan sukarela maupun paksa. Jalan dan angkutan umum perlu ditutup agar tidak ada lalu lalang manusia yang menjadikan penularan terus berlangsung. Hanya angkutan logistik yang dibiarkan berjalan tanpa hambatan.

Pembatasan ini bisa berlangsung dari 2-4 pekan, tergantung seberapa cepat kerja petugas dalam menguji dan melacak kontak warga yang terkonfirmasi positif. Waktu 2 pekan cukup untuk orang yang terinfeksi menunjukkan gejala. Jika mereka tidak menunjukkan gejala, maka harapannya paling tidak salah satu dari anggota rumah tangga yang tertular olehnya akan menunjukkan gejala sebelum pembatasan berakhir sehingga akan terdeteksi dan diuji.

Dengan pembatasan ketat seperti ini, orang yang sudah terinfeksi tidak lagi menulari orang tak dikenal yang sulit atau bahkan tidak mungkin dilacak. Pengidap Corona hanya akan menularkan virus kepada sesama anggota rumah tangga.

Jika salah satu anggota rumah tangga memiliki gejala yang mirip penyakit Corona, ia bisa dites beserta seluruh anggota rumah tangga lainnya dan orang lain yang mungkin tertular oleh mereka sebelum pembatasan ketat diberlakukan.

Dengan cara ini, upaya deteksi, tes, dan pelacakan bisa dilakukan tanpa ada proses penularan tak terlacak yang terus berjalan. Pembatasan akan memungkinan pelacakan dan deteksi seluruh kasus. Risiko kasus tak terdeteksi hanya terjadi jika seluruh anggota rumah tangga yang terinfeksi Covid-19 tidak ada yang menampakkan gejala.

Partisipasi masyarakat diperlukan untuk berinisiatif melaporkan diri jika ada anggota rumah tangga yang memiliki gejala. Disinsentif untuk menyembunyikan informasi bisa diberikan dengan dukungan pemeriksaan keliling yang bisa mendeteksi ketidakjujuran ini.

Bagi pekerja yang masih harus tetap bekerja karena mereka melayani hajat hidup orang banyak, mereka tidak boleh pulang pergi dari rumah ke tempat kerja. Mereka harus tinggal di tempat kerja atau area sekitarnya bersama rekan kerjanya.

Dengan demikian tidak ada risiko penularan dari tempat kerja ke rumah atau sebaliknya. Mekanismenya sama seperti menahan orang di rumah, yakni memutus rantai penularan dengan menjaga semua orang hanya berinteraksi dengan orang lain sedikit mungkin. Hanya saja karena mereka harus tetap bekerja, maka mereka dibatasi hanya bisa berinteraksi dengan sesama rekan kerja.

Bantuan Pangan

Selain pekerja di atas, tidak boleh ada lagi orang keluar rumah selain untuk keperluan darurat. Ketiadaan makanan di rumah termasuk alasan darurat yang mengharuskan orang untuk keluar rumah. Karenanya, pemerintah perlu memberikan bantuan pangan bagi warga yang kesulitan untuk memiliki persediaan pangan yang cukup selama masa pembatasan.

Dalam memberikan bantuan pangan ini, pemerintah perlu melonggarkan kriterianya. Jangan sampai ada warga yang butuh namun tidak mendapatkan bantuan karena kriteria yang terlalu ketat dan kaku. Kuota bantuan perlu dibuat berlebih untuk mengantisipasi permintaan bantuan yang sebelumnya tidak terdata.

Distribusi bantuan bisa memanfaatkan struktur pemerintahan dan kepemimpinan informal warga. Idealnya, pemberian bantuan diprioritaskan untuk warga yang paling kekurangan di wilayah itu. Namun jika pemrioritasan sulit dilakukan, bantuan bisa dibagi rata, dengan syarat warga akan saling bantu jika ternyata ada warga yang kekurangan pangan di masa pembatasan.

Pembatasan Antar Wilayah

Walaupun pembatasan tinggal di rumah bisa menghentikan penularan lokal, tiap saat penyakit virus Corona ini bisa dibawa masuk lagi oleh orang yang datang dari luar wilayah pembatasan. Karenanya upaya pembatasan arus keluar masuk wilayah perlu dilakukan tidak hanya selama pemberlakuan pembatasan tinggal di rumah, tapi juga setelahnya. Ijin masuk dan keluar bisa diberikan untuk wilayah lain yang juga sudah berhasil menghentikan wabah Corona.

Idealnya, semua wilayah di Indonesia menerapkan pembatasan ketat ini secara bersamaan. Kalaupun tidak bisa seluruh Indonesia, paling tidak waktu pembatasan ini perlu disamakan untuk wilayah yang berada pada satu pulau. Enam provinsi di pulau Jawa yang menjadi pusat wabah adalah wilayah yang paling mendesak untuk menerapkan segera pembatasan ketat ini.